Selasa, 06 September 2022

Cerita Saya dan Jogja: Bagian 2

Awalnya tidak pernah kepikiran bakal bikin Cerita Saya dan Jogja ini jadi dua bagian. Tapi setelah apa yang terjadi minggu lalu, jadi ingat satu kalimat yang saya tulis di Cerita Saya dan Jogja. Ini kalimatnya, "Sayangnya Jogja tidak membawakan jodoh kepada saya". 

Mungkin Jogja tidak membawakan jodoh kepada saya, tapi minggu lalu Jogja membawa saya kepada perjumpaan "aneh" dengan seorang stranger. Kok gitu?

Pernah tidak kalian bertemu dengan orang asing lalu secara tidak sengaja dan tidak diduga merasa seperti sudah kenal dengan orang itu? Saking seperti merasa sudah kenal, obrolan apapun yang dibuat rasanya seperti mengalir begitu saja. Aneh ya? Setidaknya ini menurut saya pribadi, sih. Dan minggu lalu, kejadian "aneh" itu terjadi kepada saya.

Sebentar, sebenarnya minggu lalu hari apa sih? Dari tadi kok disebut-sebut mulu. 😂


Ini juga aneh, tapi lebih ke lucu sih. Jadi minggu lalu, hari Rabu tanggal 31 Agustus 2022 adalah tepat satu tahun saya meninggalkan Jogja. Di hari yang sama juga, saya kembali ke Jogja. Ya walaupun kembalinya bukan untuk menetap di sana ya. Intinya tepat satu tahun saya meninggalkan Jogja, saya kembali lagi ke Jogja. Pergi untuk kembali gitu, seperti lagunya Ello. 😅 Jadi, rasanya spesial saja gitu tanggal 31 Agustus kemarin buat saya. 

Di hari itu juga, saya dipertemukan dengan seorang stranger lewat perjalanan selama di bus dari kota asal saya ke Jogja. Apa spesialnya sih dari bertemu orang asing di perjalanan?

Tidak ada sebenarnya. Beberapa kali bertemu stranger lewat perjalanan saya bolak-balik dari kota asal ke Jogja selama merantau juga biasa-biasa saja, tapi ya memang ada satu duanya yang cukup berkesan. Bahkan saya ingat sampai sekarang.

Saya ingat, tahun 2018 pernah bertemu anak perempuan seumuran adik saya sedang kebingungan di depan check in counter Bandara Adi Sutjipto. Ternyata hari itu adalah pertama kalinya dia mudik sendirian dan naik pesawat. Merasa tidak tega terlebih mengingatkan kepada adik saya, jadilah ketika itu saya bantu dia. Apalagi ternyata kota tujuannya sama dengan saya. Lewat pertemuan itu, akhirnya saya mendapat kenalan baru sekaligus adik baru hehe. Bahkan setelahnya, kami pernah janjian berangkat mudik bersama. 

Sama halnya pertemuan saya dengan stranger minggu lalu, cukup berkesan juga. Kok bisa?

Karena anehnya, saya seperti sudah mengenal stranger ini lama sekali. Rasanya seperti bertemu lagi dengan teman lama, sampai-sampai setiap obrolan yang terjadi seperti mengalir begitu saja. Bagi saya yang ngakunya introvert, memang agak susah sih untuk bisa memulai percakapan dengan orang baru. Biasanya saya bisa lebih terbuka apabila lawan bicara ikut membimbing percakapan, dalam artian lawan bicara lebih vokal. Dan tanpa saya sadar, sepertinya stranger ini melakukan treatment itu kepada saya. Sehingga tanpa saya sadar juga, saya jadi merasa nyaman ketika berbicara dengan dia hehe.

Nah, kalau lewat pertemuan dengan stranger tahun 2018 tadi saya jadi punya teman mudik sekaligus adik (satu kota asal) baru. Lewat pertemuan dengan stranger minggu lalu ini, saya jadi punya teman seperjuangan menghadapi quarter life crisis baru. Lumayan, kan? 😁 Semangat menyongsong krisis seperempat kehidupan, Bro! Hahahahaha..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar