"Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan", ini bukan kata saya, tapi kata sajak Joko Pinurbo. Kalau versi saya, Jogja terbuat dari ronde, Karen Chicken, dan mie ayam. Haha bukan, bukan. Kali ini serius, Jogja versi saya terbuat dari kenangan, kenangan, dan kenangan. Asikkk. 😁
Ya bagaimana tidak? Tujuh tahun sendiri saya habiskan di Jogja. Isine yo mung kenangan tok hehehe.
Kalau saya tarik lagi delapan tahun ke belakang, sama sekali tidak pernah terpikir akan menghabiskan tahun-tahun perantauan saya di satu-satunya provinsi yang dipimpin oleh raja ini. Dulu, ada remaja 17 tahun yang ambis sekali mau merantau di Malang. Ambisinya merantau ke kota asalnya Arema ini sudah dipupuk dari masih di SMP. Tidak lain tidak bukan ya supaya bisa liat Arema tanding dari kandangnya langsung. Remaja itu adalah saya. Ceritanya dulu pernah jadi Aremanita, Arek Ongisnade. ✌
Setelah tanpa sengaja berakhir di Jogja, akhirnya malah jadi terikat dengannya. Dan, tanpa sadar tujuh tahun sudah waktu yang kami habiskan bersama.
Bicara soal Jogja, tidak akan ada habisnya bagi saya. Jogja adalah rumah. Jogja adalah teman. Bahkan adakalanya Jogja jadi musuh. Ini terasanya ketika saya harus menikmati rasanya sakit dan jauh dari keluarga. Serius, ketika itu Jogja benar-benar terasa seperti musuh.
Jogja tempat saya menimba ilmu (sudah pasti). Jogja tempat saya mencari jati diri. Jogja membersamai saya mencapai usia dewasa. Jogja mempertemukan saya dengan banyak orang baik, terkadang yang tidak baik juga. Sayangnya, Jogja tidak membawakan jodoh kepada saya. Cuma itu yang tidak dilakukan Jogja. Cuma itu..
Setelah tujuh tahun, sampailah saya kepada keputusan meninggalkan Jogja. Tentu semuanya sudah melalui pemikiran panjang dan pertimbangan matang. Dibilang sulit, ya sulit. Saya selalu membayangkan bagaimana ketika saya akan meninggalkan Jogja. Tapi ketika waktunya tiba, ternyata rasanya menyakitkan juga. Bahkan sampai sekarang, terkadang saya masih merasa ini tidak nyata. Bahwa saya sudah meninggalkan Jogja. Bahwa saya sudah tidak lagi di Jogja. Memang, di mana-mana yang namanya berpisah itu menyakitkan. 😢
Foto dua hari sebelum meninggalkan Jogja. |
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengenang 10 bulan kepergian saya dari Jogja. Tidak terasa sudah hampir satu tahun saya meninggalkan Jogja, tapi setiap detik yang saya habiskan di sana rasanya masih sangat nyata dan selalu ada dalam pikiran saya. Biar kata orang sekarang Jogja tak lagi nyaman, rasanya Jogja akan tetap jadi tempat pulang bagi saya. Setidaknya sekedar untuk melepas rindu dengan Ayam Ori Karen Chicken hahaha.
Catatan: saya tidak di-endorse Karen Chicken lho ya.. 😂
Malah saya ni yang merantau ke malang wahahaa
BalasHapusPokoknya selalu iri tiap tau ada orang yang kuliahnya di Malang :')))
Hapus