Ini cerita pengalaman gue menjadi kurus. Hehehe...
Semua ini bermula ketika gue mendapati berat badan berada di angka 63++ kg bulan November 2020 lalu. Gue lupa berapa angka pastinya, yang jelas sudah sangat mendekati angka 64. Bisalah kalau mau dibulatkan menjadi 64 kg. Pertama kali melihat angka-angka itu di timbangan, gue benar-benar shock. Gimana nggak? Ini adalah berat badan terberat selama 24 tahun hidup gue. Rasanya kenyataan benar-benar menampar gue saat itu. Akhirnya dengan modal tertampar kenyataan dan niat yang sudah sangat bulat, gue memutuskan untuk memulai program diet.
Program diet yang gue jalani adalah program diet ala kadarnya, bukan program diet dari dokter atau ahli gizi. Saat itu gue meyakini diri sendiri untuk bisa mengurangi berat badan dengan cara yang paling nyaman buat gue. Nyaman, artinya diet yang gue lakukan ini jangan sampai menyusahkan atau malah menyiksa diri gue sendiri.
Lalu, apa yang gue lakukan?
Gue memulai dengan merubah pola makan terutama pada waktu malam, yaitu dengan mengganti makan berat di malam hari dengan makan buah-buahan dan minum susu. Pola makan lain yang dirubah adalah mengurangi konsumsi makanan berbahan dasar tepung dan makanan mengandung minyak. Fyi aja, makanan aci-acian dari Sunda adalah jajanan favorit gue. Cilok, cimol, cireng, cilooooor bye~~~
Jadi kurang lebih pola makan gue dalam sehari begini:
Pagi: minum susu
Siang: makan berat porsi standar
Malam: makan buah dan minum susu
Fyi lagi, untuk susu yang gue pilih di sini adalah susu low fat atau rendah lemak dari merek (Tropi*ana S). Gue merasa cocok aja minum susu ini karena setelah minum ini ada efek kenyang yang gue rasakan, selain itu juga susu ini bikin gue jadi lancar buang air besar hehehe. Kalau soal susu mungkin cocok-cocokan ya antara orang satu ke yang lainnya, jadi gue gak akan mematok harus minum susu merek tertentu. Ini murni dari pengalaman gue pribadi.
Dua minggu pertama, gue benar-benar masak sendiri untuk bisa makan makanan tanpa minyak. Tapi, gue cuma tahan dua minggu aja hahaha. Setelahnya gue nggak masak lagi dan makan seperti biasa, tapi tetap sebisa mungkin mengurangi konsumsi perminyakan dan pertepungan. Oh iya, waktu awal-awal gue mulai bulan November lalu, masih musim buah mangga. Kebetulan pohon mangga di depan kamar kos gue buahnya banyak banget, jadi waktu itu tiap malam gue makannya buah mangga wkwkwk. Sehabis musim mangga kelar, gue jadi gak bisa makan mangga dari pohon depan kamar lagi. Mau beli buah-buahan di pasar selalu aja lupa. Jadilah waktu itu gue mulai minum susu aja tanpa makan buah di malam hari. Tapi karena sudah berjalan hampir satu bulan, waktu itu gue jadi sudah mulai sedikit terbiasa (nggak terlalu merasa lapar, maksudnya).
Masuk bulan kedua, pagi-pagi di perjalanan berangkat ke kantor gue mampir ke Indoalfa. Lupa waktu itu mau beli apa, tapi akhirnya gue beli 1 Fitb*r untuk dimakan di kantor. Sampainya di kantor, gue makan Fitb*r dulu buat mengganjal perut sampai waktu makan siang. Dua, tiga hari gue beli Fitb*r terus karena merasa enak dan pas banget buat nahan lapar sampai makan siang. Tapi hari berikutnya gue mulai mikir, "lumayan juga kalo tiap hari gue beli Fitb*r sebungkus dengan harga 5000an gini". Nggak bisa begini terus nih, akhirnya gue mulai cari-cari online shop yang jual Fitb*r dengan harga lebih murah. Setelah dapat, gue langsung pesan 3 kotak isi 12 bungkus buat persediaan selama beberapa minggu ke depan wkwkwk.
![]() |
Plan makan gue dalam sehari |
Mulai dari sini, Fitb*r gue jadikan menu makan untuk pagi dan malam hari sebelum minum susu. Kalau untuk siang hari, gue tetap makan berat seperti biasa (dengan porsi standar tentunya). Oh iya, untuk makan siang ini gue nggak ada menu khusus atau menu tertentu. Gue makan sepenginnya gue makan apa, yang penting makan berat misal nasi ayam, nasi padang, mie ayam, bakso, dll. Ini serius wkwkwk.
Apa yang terjadi setelah gue menjalani rangkaian diet ala-ala itu? Bagaimana hasilnya?
Di bulan kedua, alhamdulillah badan gue mulai terasa lebih ringan. Berat badan juga sudah mulai berkurang. Bulan Desember 2020, berat badan gue sudah menyentuh angka 58 kg. Sungguh sebuah pencapaian! Bahkan yang membuat gue takjub adalah, gue menjalaninya selama dua bulan itu dengan enjoy sekali. Nggak ada itu drama sakit-sakit karena kelaparan. Alhamdulillah hehehe.
![]() |
Desember 2020 |
Kurang lebih empat bulan gue menjalani program diet ala-ala ini, dari November 2020 sampai Februari 2021. Ajaib sekali! Di bulan Februari berat badan gue di angka 55 kg. Lagi-lagi gue dibuat takjub sendiri. Masih nggak nyangka bisa sampai kepada masa ini. Baju-baju dan celana gue mulai terasa longgar. Cincin dan jam di tangan juga gak kalah ikutan melonggar. Luar biasaaaa wkwk.
![]() |
Februari 2021 |
Tapi, semakin kesini berat badan gue semakin berkurang. Gue sama sekali nggak nyangka. Bahkan setelah gue sudah nggak begitu ketat mengikuti program diet ala-ala itu dan gue juga nggak rutin melakukan workout, berat badan gue terus turun. Sampai April 2021 lalu bahkan berat badan gue ada di angka 52 kg. Jadi, kalau ditotal-total sejak memulai program diet ala-ala ini November 2020 lalu berat badan gue sudah turun 11 kg. Kaget banget gue!
![]() |
April 2021 |
Bukan. Bukan karena gue sakit atau sempat terpapar covid. Alhamdulillah gue sehat dan nggak pernah terpapar covid (nauzubillah, jangan sampai). Setelah gue pikir-pikir lagi, ternyata semua itu karena gue..... stres. Hahahaha. Nggak percaya? Pernah gue ceritain di sini.
Entah itu karena niat awal gue memulai diet ala-ala ini atau karena stres yang gue alami, hikmah yang bisa gue ambil adalah gue bisa menikmati 'masa-masa kurus' ini seenggaknya satu kali dalam hidup. Nikmati dulu aja. Hahahaha.
aku pas awal part time di sby awal oktober sekitar 75kg bik, pulang ke jogja sekitar akhir desember nimbang jadi 67kg hhahaa.. kaget aku
BalasHapusStress mergo kerjo po, le? Hahahaha
Hapus