Punya cerita tentang melupakan seseorang? Gue punya.
Semua orang punya cara masing-masing untuk melupakan. Kenapa? Karena sebenarnya gak ada yang namanya cara baku untuk bisa melupakan. Gue juga gitu. Gak ada cara tertentu yang gue lakukan untuk bisa melupakan. Akhirnya, gue hanya melakukan segala macam cara untuk bisa melupakan.
Gue punya secuil kenangan menyakitkan. Kenangan ini berasal dari 12 tahun perjalanan gue menyukai seseorang. Pernah terbayangkan gak bagaimana caranya melupakan seseorang yang kita sukai selama 12 tahun? Kalau gak terbayangkan, sama gue juga. Bahkan gak terhitung berapa kali gue mencoba melupakan selama perjalanan panjang itu. Dan gak terhitung juga apa aja yang sudah gue lakukan untuk bisa berhasil melupakan.
Kalau gue paksa ingat lagi, ada beberapa hal konyol yang pernah gue lakukan ketika mencoba melupakan. Tahun 2012, tahun keempat perjalanan itu. Gue pernah mengundang teman-teman gue ke rumah untuk menjadi saksi dengan menyaksikan gue menghapus nomor dan semua pesan-pesan yang pernah gue terima dan kirim ke dia. Dulu gue percaya bahwa apa yang gue lakukan ini adalah komitmen sungguh-sungguh untuk melupakan.
Tahun 2014 ketika gue akhirnya akan memulai kehidupan baru dengan menjadi anak rantau di pulau seberang, gue juga melakukan hal konyol untuk kembali mencoba melupakan. Dulu gue punya beberapa buku catatan. Isinya semua curahan hati gue tentang dia. Gue bahkan punya satu buku yang hanya gue isi dengan nama dia di setiap halamannya. Tepat sebelum gue meninggalkan kota kelahiran untuk merantau, gue mengumpulan semua buku catatan itu pun buku yang berisi nama dia. Gue kumpulkan semua lalu gue bakar. Lagi-lagi dulu gue percaya bahwa gue melakukan itu sebagai kemantapan hati untuk melupakan.
Setelah semua hal konyol yang gue lakukan, dengan tidak tahu dirinya gue masih tidak berhasil melupakan. Pada akhirnya yang gue lakukan untuk melupakan hanyalah dengan membiarkan. Membiarkan perjalanan ini berhenti di tahun ke-12 dengan mencoba mengikhlaskan. Mengikhlaskan semua yang pernah gue lakukan dengan menerima semua kenyataan. Kenyataan yang saat ini benar-benar ada di hadapan.
Tahun 2014 ketika gue akhirnya akan memulai kehidupan baru dengan menjadi anak rantau di pulau seberang, gue juga melakukan hal konyol untuk kembali mencoba melupakan. Dulu gue punya beberapa buku catatan. Isinya semua curahan hati gue tentang dia. Gue bahkan punya satu buku yang hanya gue isi dengan nama dia di setiap halamannya. Tepat sebelum gue meninggalkan kota kelahiran untuk merantau, gue mengumpulan semua buku catatan itu pun buku yang berisi nama dia. Gue kumpulkan semua lalu gue bakar. Lagi-lagi dulu gue percaya bahwa gue melakukan itu sebagai kemantapan hati untuk melupakan.
Setelah semua hal konyol yang gue lakukan, dengan tidak tahu dirinya gue masih tidak berhasil melupakan. Pada akhirnya yang gue lakukan untuk melupakan hanyalah dengan membiarkan. Membiarkan perjalanan ini berhenti di tahun ke-12 dengan mencoba mengikhlaskan. Mengikhlaskan semua yang pernah gue lakukan dengan menerima semua kenyataan. Kenyataan yang saat ini benar-benar ada di hadapan.
Cerita ini gue dedikasikan untuk diri gue sendiri yang sampai detik ini masih berjuang untuk bisa melupakan dan mungkin kalian juga yang ada di luar sana. Semangat! :)
boleh sharing bik? gini, kalau aku mah ngga ada ingin melupakan apapun itu dan tentang apapun itu, tapi aku cari jalan gini bik, aku doa bik.. doanya "Gusti, nek cen jodoku yo mbok aku ketompo nang UGM ben iso nggo modal, tapi nek udu yo.. manut esh, penting diadohke, nang malang po, ben aku golek liane" btw, seseorang ini kan kuliah nya didaerah bogor, dan terkabul doanya hahaa... pas keterima di UB langsung ketawa aku
BalasHapusBoleh bgt dong sharing, kapan lg dicurhatin sm ponakan udah gede hahaha. Btw, dulu doa bibik kurang kenceng po ya?😂
Hapus