![]() |
sumber: https://www.pinterest.com |
Ini kisah seorang teman. Dia hanya seorang gadis muda biasa. Usianya baru memasuki pertengahan 20 tahun. Mari sebut dia, Teman. Kisah ini tidak berpusat pada kehidupan Teman secara menyeluruh. Kisah ini hanya menceritakan sebagian perjalanan Teman dalam kehidupan asmaranya. Mari menyimak!
Teman bukan tipikal gadis yang mudah jatuh cinta atau bisa dengan mudah jatuh cinta kepada siapa saja. Sepanjang 20 tahun lebih hidupnya di dunia, hanya ada satu laki-laki yang mewarnai kisah asmara seorang Teman. Laki-laki yang sampai saat ini bahkan belum bisa Teman miliki. Siapa dia? Sebut saja dia Kawan. Teman mulai mengenal Kawan ketika mereka masih sangat muda. Cukup muda untuk Teman bisa mengerti bahwa perasaannya pada Kawan saat itu bukanlah perasaan biasa-biasa saja.
Mereka tumbuh bersama menghabiskan masa-masa tahun terakhir di sekolah dasar. Satu tahun mengenal Kawan, Teman mulai merasakan perasaan-perasaan aneh yang menghinggapi hatinya. Semakin lama mengenal Kawan, perasaan-perasaan aneh itu kian sering berdatangan. Saat itu Teman masih belum mengerti perasaan apa yang sebenarnya ia rasakan. Yang Teman ingat saat itu adalah, betapa senangnya ia hanya dengan melihat Kawan.
Tidak pernah terbayangkan bahwa waktu yang Teman miliki untuk terus berteman dengan Kawan hanyalah sebentar. Setelah enam bulan mereka lulus dari sekolah dasar, Kawan bersama seluruh keluarganya pindah dari kota tempat mereka tinggal sekarang. Hal itu tentu saja membuat Teman sedih. Membayangkan ia tidak akan pernah melihat Kawan lagi adalah yang paling membuat Teman sedih. Namun, waktu terus berjalan. Teman pun menjalani kehidupannya seperti anak-anak lainnya.
Lama ia tak mendengar kabar tentang Kawan, satu tahun kemudian akhirnya kabar itu datang kepadanya. Teman akhirnya mendapatkan nomor HP Kawan. Begitulah akhirnya mereka dapat berkomunikasi kembali setelah Kawan pindah ke kota lain satu tahun yang lalu.
Walaupun tidak pernah bertemu sejak Kawan pindah, Teman sudah merasa senang dapat berkomunikasi lagi dengan Kawan. Mengetahui kabar Kawan, bertukar kabar dan berbagi cerita tentang masing-masing hidup mereka membuat Teman sangat bahagia. Tanpa sadar perasaan aneh yang dulu pernah Teman rasakan kini ia rasakan lagi dan perasaan itu semakin berkembang.
Sejak saat itu Teman selalu menjaga komunikasinya dengan Kawan. Seolah ia tak mau lagi hilang kontak dengan Kawan. Ketika semakin hari perasaannya kepada Kawan semakin berkembang, Teman sadar bahwa ia mencintai Kawan. Namun Teman bukanlah tipikal orang yang leluasa untuk mengungkapkan ekspresinya, sehingga ia memilih untuk memendam perasaanya kepada Kawan. Mungkin saat itu Teman berpikir bahwa jarak yang memisahkan mereka juga turut andil bagi Teman untuk memilih memendam perasaannya saja.
Konsekuensi dari memendam perasaannya adalah Teman harus menerima kenyataan pahit ketika akhirnya ia mengetahui bahwa Kawan sudah memiliki gadis pujaan. Perasaan Teman kepada Kawan mulai goyah, namun anehnya ia masih tidak bisa menghilangkan Kawan dari pikirannya.
Tiga tahun setelah kepindahan Kawan dan dua tahun sejak keduanya mulai berkomunikasi kembali, tak pernah disangka dan tak pernah terbayangkan bahwa Teman akan bertemu lagi dengan Kawan. Saat itu Kawan sudah pindah ke kota tempat kampung halaman orang tua Teman, sehingga ketika Teman sedang berkunjung ke kota itu mereka sepakat untuk bertemu.
Dapat bertemu kembali dengan Kawan sama sekali tidak pernah ada dalam bayangan Teman. Rasa antusias dan gembira tidak bisa disembunyikan dari senyum di wajahnya. Tentu saja saat itu Kawan sudah tidak lagi bersama dengan gadis pujaannya, itu juga yang diam-diam disyukuri oleh Teman.
Pertemuan itu sungguh berkesan bagi Teman bahkan sangat membekas di hatinya hingga saat ini. Setiap kali Teman berkunjung ke kota itu ia selalu teringat akan pertemuannya dengan Kawan kala itu. Setelah pertemuan itu, komunikasi antara keduanya terus terjalin. Jarak seolah tidak menjadi penghalang karena mereka bisa selalu menanyakan kabar masing-masing. Sampai pada suatu waktu, Teman mulai bepikir untuk menyatakan perasaannya kepada Kawan.
Lama ia mengalami pergolakan dalam batinnya untuk memutuskan apakah akan menyatakan perasaan ini atau akan terus memendamnya saja. Setelah melewati dilema yang panjang, akhirnya Teman memutuskan untuk menyatakan perasaannya. Karena Teman bukanlah orang yang mudah mengekspresikan perasaannya, jalan yang dipilih untuk mengungkapkan perasaannya kepada Kawan pun bukan seperti yang biasa orang lain lakukan. Teman tidak menyatakan bahwa ia menyukai Kawan secara terang-terangan, tapi ia memilih untuk menyampaikan perasaannya melalui sebuah puisi.
Berharap bahwa Kawan akan memahami maksudnya melalui puisi itu, ternyata Kawan hanya bersikap biasa saja. Seolah Kawan tidak mengerti maksud Teman melalui puisinya itu. Teman jadi merasa bingung, apakah Kawan memang tidak mengerti atau hanya pura-pura tidak mengerti. Yang jelas dari kejadian itu, Teman berhasil melukai hatinya karena kebodohannya sendiri.
Setelah kejadian itu apakah Teman memutuskan untuk melupakan Kawan? Jawabannya tidak, lebih tepatnya ia tidak bisa. Ini juga yang selalu dipertanyakan oleh Teman. Sebagaimana pun ia mencoba untuk melupakan Kawan mengapa hasilnya selalu nihil? Setelah kejadian itu pula, komunikasi antara keduanya mulai merenggang. Sampai akhirnya Kawan tidak pernah lagi menghubungi Teman dan ketika Teman mencoba menghubunginya, nomor HP Kawan sudah tidak bisa dihubungi.
Akhirnya Teman kembali kehilangan kontak dengan Kawan. Kesempatan ini ia jadikan cara untuk bisa melupakan Kawan sepenuhnya. Segala hal yang behubungan dengan Kawan ia singkirkan dari hidupnya dan Teman kembali menjalani kehidupannya yang biasa.
Hampir dua tahun tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Kawan tidak membuat Teman benar-benar melupakan Kawan. Walaupun sedikit banyak ia sudah terbiasa dengan keadaannya yang seperti itu, selalu ada suatu waktu di mana ia kembali teringat dengan Kawan. Sampai setelah Teman memulai kehidupan barunya di rantau untuk menyelesaikan kuliahnya, ia kembali mendengar kabar tentang Kawan.
Bagaikan deret dalam matematika yang memiliki pola berulang, pola berulang itu pun selalu Teman alami setiap kali mendengar kembali kabar tentang Kawan. Di saat dirinya yang sudah mulai bisa menata hatinya kembali, ketika mendengar lagi kabar tentang Kawan ia akan kembali ke masa-masa di mana ia begitu menyukai Kawan dan akhirnya terbuai dengan perasaaan itu lagi.
Setelah mereka mulai berkomunikasi lagi pada saat itu, komunikasi yang terjalin memang tidak seintens dahulu. Namun, Teman tetap berusaha menjaga agar tidak kehilangan kontak Kawan lagi. Pepatah "waktu mendewasakan segalanya" mungkin memang benar. Walaupun jauh di lubuk hati Teman masih menyimpan rasa kepada Kawan, ia tetap melanjutkan hidupnya seperti biasa tanpa harus terus dibayang-bayang perasaannya kepada Kawan. Sekali lagi Teman memilih untuk menikmati sendiri perasaannya kepada Kawan sambil terus melanjutkan hidupnya.
Bertahun telah berlalu, Teman sudah menyelesaikan kuliah dan sedang meniti kariernya. Setelah semua tahun-tahun itu siapa sangka ia akan memiliki kesempatan lagi untuk bertemu dengan Kawan. Dalam suatu acara di kota tempat kampung halaman orang tuanya, ia bertemu lagi dengan Kawan. Hampir delapan tahun sejak pertemuan terakhir mereka kala itu, semuanya masih terasa sama. Hatinya tetap berdegup kencang saat ia melihat Kawan. Bedanya adalah kedewasaan diri Teman yang berhasil menuntunnya mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle atas perasaan Kawan kepadanya selama ini. Dari pertemuan itu Teman menangkap semua sikap Kawan kepadanya bahwa dari dahulu sampai dengan detik ini ia hanyalah sebagai seorang teman di mata Kawan. Bahwa hubungan mereka berdua hanya ada di lingkar pertemanan saja. Hingga pada akhirnya, kepingan-kepingan puzzle itu menyadarkan Teman bahwa perasaannya kepada Kawan selama bertahun-tahun ini hanyalah milik ia seorang saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar