Rabu, 28 Mei 2014

Story of The Feeling (part I)

Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Bila ada kesamaan tokoh dan cerita itu hanyalah kebetulan semata. so.. check this out!! :D

Mencintai seseorang adalah suatu perasaan yang mungkin dirasakan setiap orang di dunia. Mencintai seseorang adalah perasaan yang sangat sulit untuk digambarkan. Mencintai seseorang adalah saat di mana kalian tidak akan pernah berhenti memikirkannya. Begitulah kehidupan orang yang sedang mencinta.
Aku mulai mencintai seseorang saat aku duduk di bangku sekolah dasar. Mungkin kedengaran sedikit konyol. Dulu aku pun menganggap bahwa ini hanyalah perasaan sementara saja, bahwa ini hanyalah sebatas cinta monyet anak-anak. Namun setelah aku sadar dengan perasaanku yang sebenarnya, aku pun tak bisa menyangkal bahwa ini bukanlah perasaan sementara saja.

Dia adalah teman baruku di kelas enam, Dia murid pindahan di sekolahku. Wajahnya bersih dengan potongan rambut yang membuatnya terlihat begitu segar. Tubuhnya tinggi dengan postur tubuh yang lumayan besar untuk ukuran anak kelas enam biasanya. Membuat dia terlihat sangat menonjol di antara teman lelakiku lainnya.

Aku tidak tahu pasti sejak kapan aku mulai mencintainya. Yang pasti saat pertama aku melihatnya, aku sudah merasakan perasaan aneh itu. Perasaan yang sama sekali tak bisa aku jelaskan. Saat itu aku masih belum percaya dengan apa yang aku rasakan. Aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan perasaan itu karena aku pikir belum saatnya bagiku memikirkan perasaan seperti itu. Namun semakin aku coba untuk tidak memikirkannya, aku merasa semakin ingin memikirkannya. Aku tidak bisa lagi menahan perasaan ini. Aku pun memutuskan untuk menceritakan perasaanku ini kepada sahabat dekatku saat itu.

Dia adalah sahabatku sejak masih di taman kanak-kanak. Aku berteman baik dengannya karena rumah kami yang berdekatan. Saat itu aku datang menemuinya dan berkata bahwa aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Ternyata dia juga akan menemuiku dan mengatakan sesuatu padaku. Aku berpikir bahwa itu kebetulan sekali dan itu adalah waktu yang tepat untuk aku menceritakan tentang keresahanku ini padanya.

Saat aku akan mengatakan tentang keresahan atas perasaanku ini, tiba-tiba sahabatku itu menyela dan berkata bahwa ingin mengatakan hal itu kepadaku terlebih dahulu. Aku pun mengalah dan membiarkannya menceritakan apa yang ingin ia ceritakan kepadaku. Ternyata keputusanku membiarkannya bercerita lebih dulu menjadi pukulan yang sangat keras bagiku. Tak pernah kusangka bahwa sahabatku itu akan menceritakan tentang perasaanya kepada anak baru itu. Bagaimana ia selalu memikirkannya dan bagaimana ia sangat tidak tahan untuk menceritakan ini kepadaku. Sama halnya dengan apa yang kurasakan. Mendengar semua ceritanya hatiku terasa sesak. Entah apa yang membuatnya sesak. Perasaan apalagi yang sekarang ini aku rasakan. Mengapa terasa begitu sakit? Kakiku hampir tak bisa berdiri dengan tegak saat itu. Rasanya kedua kaki ini tak sanggup menahan beban tubuh kecilku. Air mataku terasa mulai memenuhi pelupuk mata, namun sekuat mungkin aku tahan. Kukembangkan senyum palsuku di hadapan sahabatku. Saat itu aku sungguh tak mengerti mengapa semuanya berakhir seperti ini. Dan akhirnya, sejak saat itu aku mencoba untuk membuang perasaanku terhadap anak baru itu. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyukainya lagi. Aku tidak ingin persahabatku hancur hanya karena seseorang yang baru aku kenal.

Waktu terus berlalu. Kini aku sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Perlahan-lahan aku mulai bisa membuang perasaanku. Walaupun aku rasa perasaan itu tak sepenuhnya berhasil kubuang. Tahun pertamaku di sekolah menengah pertama, aku mendapat kabar bahwa dia sudah pindah sekolah. Aku menghela panjang nafasku saat pertama mendengar kabar itu. Haruskah aku senang atau sedih mendengar kabar itu? Yang pasti dengan begitu, aku mungkin akan lebih mudah membuang perasaanku padanya.

Satu tahun berlalu. Aku mungkin sudah bisa melupakan perasaanku karena sudah setahun ini aku tidak pernah melihat dan berkomunikasi dengannya. Aku menjalani hidupku seperti anak-anak seusiaku lainnya. Namun, semua itu berubah saat aku bertemu lagi dengan teman lamaku di sekolah dasar. Kami bertukar nomor telepon, namun yang membuatku sangat terkejut adalah saat ia berkata padaku bahwa "dia" mencari informasi tentang nomor teleponku. Bagaikan mendengar petir yang sangat hebat ketika aku mendengar namanya disebut. Nama yang selama setahun ini sudah bisa aku lupakan. Nama yang setahun ini sudah tidak lagi bersarang di pikiranku. Saat mendengarnya lagi, seolah sia-sia saja apa yang telah aku lalui selama setahun belakangan ini. Perasaan yang dulu aku buang dengan susah payah, dengan mudahnya muncul lagi hanya dengan mendengar namanya. Haruskah aku merasakan perasaan itu lagi?

Inilah jawabanku. Kali ini aku tak kuasa menahan perasaanku lagi. Dari lubuk hatiku yang paling dalam aku merasa sangat senang. Aku tak tahu apakah ini adalah pelampiasan atas kesedihan yang aku alami saat mencoba untuk membuang perasaan ini. Namun yang pasti, aku merasa bahwa aku harus mempertahankan perasaan ini. Aku tak boleh menyerah seperti yang aku lakukan dulu. Sejak saat itu aku pun sadar bahwa mungkin ini memang bukanlah sekedar "cinta monyet" anak-anak saja. Aku rasa aku mulai benar-benar mencintainya.

be continued... :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar