Ini cerita dari kejadian seminggu yang lalu. Gini ceritanya...
Hari Rabu minggu lalu, gue yang lagi menunaikan kebiasaan pagi di kamar mandi diganggu dengan suara dari HP gue. Ternyata Baba yang telepon. Begitu gue keluar dari kamar mandi, Gue langsung angkat telepon dari Baba. Nggak ada yang spesial dari pembicaraan gue dengan Baba di telepon. Beliau hanya tanya kabar anak perempuan satu-satunya yang lagi di rantau ini, apakah sehat apa nggak? Apakah masih ingat orang tua di rumah apa nggak? Apakah sudah bosan kuliah? Eh, pertanyaan terakhir cuma khayal gue aja hahaha.
Selain basi-basi dengan tanya kabar, ternyata Baba ada maksud lain dari menelpon gue pagi itu. Baba mengabarkan kalau tetangga gue--Bude Ning namanya--lagi ada di Jogja untuk operasi. Jadilah, Baba bermaksud meminta gue untuk menyempatkan menjenguk Bude Ning yang sedang di operasi di salah satu rumah sakit di Jogja. Dengan hanya memberitahukan informasi rumah sakit tempat Bude Ning dioperasi dan nama lengkap dari Bude Ning tanpa nomor dan nama ruangan tempat beliau dirawat, gue paham banget kalau Baba pasti menginginkan jawaban YA dari gue.
Gue yang hanya seorang anak rantau dan mikir kalau gue masih perlu makan untuk bulan depan hehe, tanpa ba bi bu pun akhirnya mengiyakan titah Baba itu. Jadilah sore itu, sepulang kuliah, gue berencana untuk memulai pelaksanaan titah Baba tersebut. Dengan mengiming-imingi mengajak makan setelah melaksanakan titah, gue berhasil membujuk salah seorang teman untuk ikut dalam pelaksanaan titah Baba tersebut. :D
Rabu sore itu, langit Jogja sepertinya sedang bersedih. Rona gelapnya memancar di seluruh permukaannya. Gue yang tadinya semangat 45 untuk melaksanakan titah Baba jadi sedikit malas dibuatnya. Tapi gue harus tetap melaksanakan titah tersebut, jadilah gue dan teman memutuskan tetap berangkat dengan sebelumnya melengkapi kami dengan perbekalan perang(red: jas hujan alias mantel wkwkwk).
Yang penting diingat ketika melaksanakan titah berupa menjenguk kerabat di rumah sakit adalah JANGAN LUPA MEMBAWA BUAH TANGAN. Bukan untuk apa-apa, hanya sekedar sopan santun saja. Jadilah, saat itu gue memutuskan untuk membeli buah sebagai buah tangan. Buah gue beli di perjalanan menuju rumah sakit. Baru sekitar lima menit perjalanan dari kos ke tempat gue membeli buah, dengan tidak sopannya hujan turun, deras pula. Sesuai dengan yang gue prediksi, perbekalan perang yang gue sebutkan sebelumnya amat sangat berjasa bagi pelaksanaan titah Baba ini. Tanpa berlama-lama gue dan teman sudah berganti kostum dan siap berperang melawan hujan.
Motor gue terus melaju di jalanan Jogja yang sore itu jadi basah dan sedikit licin. Gue dan teman terus melaju menerjang derasnya hujan sore itu demi sampai ke rumah sakit untuk menjalankan titah Baba. Perjuangan kami menerjang derasnya hujan akhirnya membawa kami sampai ke rumah sakit tujuan. Hati ini amat gembira rasanya, membayangkan akan sukses melaksanakan titah ini.
Segera gue parkirkan motor, menanggalkan semua perbekalan perang yang sudah menemani kami hingga sampai ke rumah sakit tujuan dengan aman dan selamat, dan masuk ke dalam rumah sakit.
Misi pencarian pun dimulai!!
Saat itu teman bertanya kepada gue, "Ruangannya di mana?" dan gue pun menjawab kalau itulah misi kita selanjutnya, yaitu mencari ruangan tempat Bude Ning dirawat. Dengan berbekal nama lengkap Bude Ning dari Baba, gue menghampiri para perawat di meja informasi. Namun ternyata hasilnya NIHIL. Mas Perawat bilang kalau nggak ada pasien dengan nama yang gue sebutkan. Gue sudah berusaha ngotot kalau nggak mungkin nama itu nggak ada, jelas-jelas dari informasi yang gue dapat dari Baba rumah sakit tempat Bude Ning dioperasi adalah rumah sakit yang gue datangi ini, tapi Mas Perawat tetap bilang nggak ada, bahkan sampai menunjukkan daftar nama pasien yang dirawat di sana kepada gue.
Gue mulai merasa ada yang janggal di sini. Tanpa pikir panjang, gue menelepon Baba untuk mengonfirmasi informasi yang baru gue dapat dari si Mas Perawat. Dari ujung telepon Baba tetap berusaha meyakinkan gue untuk memeriksa lebih lanjut dari kebenaran informasi itu, dengan sedikit ngotot juga tentunya. Tapi gue yang sudah mulai merasa nggak enak, akhirnya meminta Baba untuk mencari tahu nomor dari anak Bude Ning yang bisa gue hubungi supaya semua perkara ini menjadi jelas. Gue minta Baba untuk menelepon gue kalau sudah dapat nomor anak Bude Ning itu.
Drama pelaksanaan titah sore itu, ditambah lagi dengan gue yang tidak bisa menahan hasrat ingin pipis. Udara dingin sehabis hujan, menambah hasrat ingin pipis semakin menjadi-jadi. Yang bikin tambah kesal adalah, gue mencari toilet umum di dalam rumah sakit ternyata nggak ada. Gue sampai heran, kenapa pula toilet umum tidak disediakan di dalam gedung rumah sakit, hanya disediakan di dalam ruangan-ruangan misal ruang perawatan. Akan jadi masalah kan kalau kasusnya seperti apa yang gue alami sekarang?
Akhrinya gue menemukan toilet setelah keluar dari gedung rumah sakit, tepatnya di toilet dekat kantin. Legaaaaaaa. Nggak ada kata lain yang keluar dari mulut gue selain kata lega setelah menahan hasrat ingin pipis yang begitu dalam itu. Setelah menunaikan hajat yang terpendam itu, gue dan teman rehat sebentar dengan duduk di bangku kantin sambil menunggu telepon dari Baba. Nggak lama kemudian yang ditunggu-tungu muncul juga. HP gue bunyi, telepon dari Baba.
Nggak ada yang aneh dari cara gue mengangkat telepon Baba, hanya perasaan di hati ini yang rasanya sedikit aneh. Berharap Baba membawa berita besar dengan informasi nomor dari anak Bude Ning, gue malah disambut dengan cekikian Baba dari ujung telepon. Dengan santai Baba bilang, "Ternyata Bude Ning operasinya di Bandung bukan di Jogja HAAHAHAAHAHA".
Seketika gue kaya orang yang lagi ada di variety show Uya Kuya jaman gue SMP, ZOOOOONNKKK yang gue dapet. Baba masih ketawa-ketawa di ujung telepon, gue cuma bilang, "Terus aku ini ngapain ke sini, udah bawa-bawa buah gini pake ujan segala pula?" Masih lanjut ketawa Baba lanjut bilang gini, "Sekalian ke Bandung aja kamu bawain buahnya HAHAHAHAHA".
Kemudian gue, "ADJAFGUSBWAERUGWHEJWRUIWAEDAEJRSFHUJHUYFTFV!!!!!!!"
Komentar:
HAHAHAHAHA, cuma itu reaksi pertama teman-teman yang gue ceritain soal kejadian ini. Nggak ada maksud apa-apa ya dari cerita ini, cuma buat seru-seruan aja sharing cerita gimana absurdnya gue yang dikerjain Baba lewat titahnya yang menggemparkan segenap jiwa raga gue itu. Lepas dari itu semua, gue tetap menikmati punya Baba yang kelakuannya kadang nggak kalah absurd dari anaknya kayak di kejadian ini misal hahaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar